Tukang Tari Pacu Jalur Viral Lewat Tren "Aura Farming " Momentum Mengembalikan Sisi Unik Pacu Jalur

 




Tirainusantara.co.Id | Kuansing -Pacu Jalur kembali menjadi sorotan dunia Ratusan akun TikTok, Instagram, dan Facebook ramai memposting momen-momen Pacu Jalur dalam tren "Aura Farming", tren yang menyoroti sosok unik Tukang Tari salah satu elemen paling ikonik dalam tradisi ini.

Berbagai gerakan penuh energi dari Tukang Tari berhasil menyita perhatian netizen dunia. Dari Amerika, India, Kolombia, Turki, Inggris, hingga Prancis ikut menyebarkan tren ini. Bahkan akun TikTok resmi klub sepak bola PSG (Paris Saint-Germain), yang baru saja menjuarai Liga Champions 2025, ikut memposting tren tersebut dan meraih jutaan penonton.

Beberapa tahun lalu, kita juga pernah dibuat bangga ketika Tukang Tari Jalur Rajo Bujang tampil di televisi nasional. Ini membuktikan bahwa keunikan Tukang Tari adalah daya tarik besar Pacu Jalur di mata publik, baik dalam maupun luar negeri.

Namun, di balik viralnya Tukang Tari, ada hal penting yang perlu jadi perhatian bersama.

Tukang tari semakin terpinggirkan dalam beberapa tahun terakhir, peran Tukang Tari dalam Pacu Jalur makin terpinggirkan. Banyak jalur kini menganggap Tukang Tari tidak lagi penting, dan bahkan membiarkannya terjun saat pacuan sedang berlangsung. Alasan-alasan seperti

"Jalur kini kenek-kenek."

"Jalur kini olahraga, bukan budaya."

"Kami ingin menang, bukan pamer tukang tari."

Anggapan ini adalah bukti bahwa makna Pacu Jalur sebagai olahraga tradisional sekaligus warisan budaya mulai terkikis. Padahal, Pacu Jalur bukan sekadar kompetisi, melainkan identitas masyarakat Kuantan Singingi (Kuansing). Dan Tukang Tari adalah bagian tak terpisahkan dari warisan budaya tersebut selama ratusan tahun.

Viralnya Tukang Tari melalui tren digital seharusnya menjadi momentum penting bagi Dinas Pariwisata dan Panitia Event Pacu Jalur Nasional 2025 di Tepian Narosa. Tukang Tari harus dikemas sebagai nilai jual budaya untuk menarik wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Ini akan berdampak langsung pada sektor perhotelan, kuliner, hingga UMKM lokal.

Pemerintah dan panitia perlu menyusun aturan agar setiap Jalur yang berlaga wajib menyertakan Tukang Tari dari garis start hingga finish. Selain itu, panitia juga perlu merumuskan formula agar Tukang Tari tetap bertahan di jalur sampai akhir perlombaan—tanpa harus “terjun” di tengah pacuan. Jika perlu, sanksi bisa diberlakukan bagi Jalur yang mengabaikan aspek budaya ini.




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Pasang iklan disini!!!

Tirainusantara
Tirainusantara

Formulir Kontak